Pada jaman Dinasti Tang ada seorang pria bernama Tian’er He dari Shuen Zhou. Dia lemah, sakit-sakitan, dan suka mabuk-mabukan. Meskipun dia sudah berusia 58 tahun namun dia masih lajang.
Pada suatu malam saat dia mabuk dia tertidur di sebuah semak belukar. Ketika dia terjaga, dia melihat dua tanaman saling terkait satu sama lainnya. Dia dengan susah payah memisahkannya, namun tidak lama kemudian mereka terkait kembali. Setelah melakukannya tiga – empat kali, dia sangat terkejut karena tanaman itu terkait kembali, hingga akhirnya dia menggali tanaman itu dan membawanya pulang.
Tian’er kemudian bertanya kepada orang-orang desa namun tak seorangpun mengetahui tentang tanaman itu. Akhirnya dia menyimpan dan mengeringkannya. Kemudian beberapa orang desa berkata kepadanya, “Kamu sudah tua, dan belum memiliki keturunan, sedangkan tanaman itu tetap bersama walaupun telah anda pisahkan. Sungguh ajaib, kenapa anda tidak memakannya dan siapa tahu ini bisa membantu anda.”
Akhirnya Tian’er mengupas dan memakannya bersama anggur. Beberapa bulan kemudian dia merasakan badannya lebih segar dan memiliki hasrat seksual. Diapun berkeinginan untuk segera menikah dan memiliki keturunan. Setelah dua tahun mengkonsumsi tanaman itu, segala penyakitnya lenyap, rambut ubannya berubah hitam dan kulitnyapun berubah menjadi kencang kemerahan. Dalam sepuluh tahun ia memiliki beberapa orang anak dan dia mengubah namanya dari Tian’er menjadi Can-Sire He.
Suatu hari Rahib Wen Xiang mendatangi Can-Sire He dan menasehatinya, “Tanaman ini adalah tumbuhan merambat yang kawin pada malam hari. Jika anda mengambilnya, anda bisa hidup hingga 160 tahun. Guru saya yang telah memberitahu resep tersebut.
Jika saya mengambilnya, saya akan memiliki anak namun saya seorang biarawan. Kedua tanaman itu dapat membuat anda lebih bergairah. Seorang kultivator tidak boleh berperilaku seperti itu. Karena anda menemukannya, berarti anda harus mengambilnya, ini merupakan kesempatan langka dan takdir langit.”
Setelah itu Can-Sire memahami arti penting tanaman tersebut sebagai pusaka keluarga dari generasi ke generasi. Anaknya, Xiounen mengikuti jejak ayahnya dan merekapun berdua hidup lebih dari 160 tahun. Putra Xiounen, yang bernama Shou-Wu yang juga memanfaatkan tanaman tersebut dapat bertahan hidup lebih dari 130 tahun. Meskipun usia mereka seratus tahun lebih, namun rambut mereka tetap hitam hingga akhir hayatnya.
He-Shiu-Wu juga disebut semai liar, tumbuhan merambat yang kawin pada malam hari atau peri-bumi. Tanaman ini memiliki varietas jantan dan betina: yang jantan berwarna kuning-keputihan sedangkan yang betina berwarna kuning-kemerahan. Biasanya tanaman ini dipanen pada akhir musim semi hingga pertengahan musim panas atau awal musim gugur.
Suber: http://terselubung.blogspot.com/2010/10/umbi-ajaib-berwujud-manusia.html